nasional

Unpad Tambah Tiga Guru Besar Ilmu Komunikasi, Ujaran Kebencian di Medsos Jadi Sorotan

Rabu, 8 Maret 2023 | 13:24 WIB
Prof Dr Atwar Bajari, MSi (tengah) usai dikukugkan sebagai Guru Besar Ilmu Komunikasi Unpad, Rabu 8 Maret 2023. (ayopontianak.com/Kapin Faza)

“Hasilnya menunjukkan bahwa ujaran kebencian terus bertebaran dengan berbagai jenis frasa kunci khas yang kontekstual dengan narasi berbeda dengan mode pergeseran ‘dukungan’ antarpihak yang berkonflik,” terang Atwar.

Baca Juga: BRI Mulai Salurkan KUR, Rp12 Triliun untuk Maret 2023

“Secara ringkas, penggunaan frasa dominan dari pihak yang berkonflik, dapat dikelompokkan menurut tujuannya yaitu untuk menuduh pihak lawan sebagai;bodoh, menjijikkan, menyedihkan, serakah, buruk dan berbahaya, serta terbelakang. Secara bentuk bisa dikelompokkan menjadi hinaan, tuduhan, umpatan, menganggap dungu, mengintimidasi, dan mendorong tindakan kekerasan,” imbuhnya.

Orasi ilmiah kedua disampaikan oleh Prof Dr Eni Maryani, MSi. yang mengangkat judul ‘Kajian Kritis Media: Sebuah Refleksi Demokratis Komunikasi’.

Orasi ilmiah yang dipaparkan merupakan hasil penelitian, pengamatan, analisis, dan interpretasi terhadap media dalam upaya mewujudkan demokratisasi komunikasi. Eni menilai terdapat beragam masalah terkait industri media yang mendistorsi komunikasi sosial secara sistematis.

Baca Juga: Kolaborasi BTN dan Relawan Bakti BUMN Tekan Angka Stunting di Desa Kolbano NTT

“Media yang diharapkan sebagai sumber pengetahuan dan kontrol sosial justeru cenderung bersifat manipulatif dan mengabaikan fungsi-fungsi dan tanggung jawabnya,” kata Eni.

Orasi ilmiah ketiga disampaikan oleh, Prof Dr Hj Ninis Agustini Damayani, MLib dengan mengankat judul ‘Literasi Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan Lokal’.

Ninis menerangkan bahwa bencana alam merupakan peristiwa yang dapat terjadi kapan dan dimana saja. Peristiwa ini tidak dapat dielakan dan diprediksi secara tepat.

Baca Juga: Atlet Berkuda 3D Stable Sumsel Dulang Prestasi di Ajang Equestrian Solidarity Challenge 2023

“Akhir-akhir ini interaksi dengan bencana alam menjadi kelaziman yang tidak dapat dihindari. Bahkan di kalangan masyarakat tertentu cenderung menjadi suatu kepasrahan yang dikaitkan dengan nasib manusia,” kata Ninis.

“Melihat hal itu, diperlukan pembangunan kesadaran masyarakat mengenai potensi bencana dan cara penanggulangannya,” imbuhnya.***

Halaman:

Tags

Terkini